MENTANDIK, MULUT, MERUMBUN

Setelah sekian waktu dari kecil hingga sekarang yang selalu terngiang dalam benak, kegiatan dimasa kecil yang sangat jauh berbeda dengan anak-anak dimasa sekarang yang lebih cinta kepada monitor, sehingga menjadi mereka kurang menyenangi lingkungan, acuh tak acuh, induvidual. Bahkan kadang tidak tahu dengan kampung ataupun bahasa daerah sendiri.

Dimasa lalu yang sering kami lakukan dengan teman-teman kami berbagai kegiatan yang jauh dari kehidupan hingar bingar, sehingga antar kamipun mencari kegiatan yang mengasyikkan, amat DESO diantaranya Mentandik, Mulut dan Merumbun.

Kegiatan tersebut adalah menangkap burung dengan cara tradisional sekali , untuk pertama kali yang kami persiapkan adalah pulut (lem alam dari getah karet), adapun cara membuat puluh adalah mengumpulkan getah pohon karet (menyadap) selanjutnya dimasak dan dicampur dengan oli kotor sampai mengental dan berubah warna mengental, Pulut ini (lem alam dari getah) bisa bertahan sampai tahunan (pengalaman kami).

Mentandik adalah menangkap burung dimusim kemarau memasang lem tersebut (pulut) pada sebatang ranting lurus dan diletakkan diatas genangan air, air disini dimaksud adalah air sungai yang terputus-putus kecil (menggenang) tujuannya adalah mengharapkan burung hinggap diranting tersebut dan terperangkap lem (pulut).

Merumbun adalah menangkap burung dengan cara mencari tempat burung beristirahat sore hari juga menggunakan Pulut, bedanya disini kita lebih dominan untuk menarik burung hinggap dan berkumpul dengan cara membuat tibunan daun/ranting/pohon untuk bersembunyi sambil menggesekkan kaca dengan gabus (sehingga terdengar suara mirip burung), sehingga burung tertarik mendekat dan hinggap di ranting.

Berbagai macam burung yang pernah didapat dalam mentandik dan merumbun : (dalam bahasa beltong) kerucik, pentit, berebak, jerujak tana, dan lain-lain.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAUN SIMPOR

Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong